Selasa, 11 Februari 2014

Cerita Kita

Cerita Kita

Sudah selama ini kita bersama, bukan karena ku takut berpisah, tapi karna kita semua tau betul bagaimana rasanya sendiri. Kita saling membantu bukan karena kita bisa segalanya, tapi karena kita berusaha untuk menjadi berguna bagi sesama. Kita saling memberi, bukan karena kita punya berlimpah, tapi karena kami tau betul bagaimana rasanya tak memiliki. Terlihat begitu sempurna bukan kebersamaan kita? Tapi sayangnya tak ada yang bejalan semanis madu di dunia ini, why? Karena sebelum kita terlahir di bumi ini kita tidak di bagikan buku panduan utuk hidup sempurna. Bahkan nobita harus di usilin giant dulu, sebelum doraemon membantunya. Spatula songebob pun pernah masuk rumah sakit, spongebob pun pernah salah paham terhadap petrik. Dalam dongeng pun, ariel si putri duyung pun harus menjadi bisu untuk mendapatkan kaki manusia. (aduh, kok jadi buat sinopsis dongeng seh..). selalu ada duri atau beling dalam hidup kita, begitu pula dalam suatu keluarga. Ya, kita semua tahu itu. Begitupun aku, seperti anak kucing yang kalau bertemu saling mencakar, tapi dalam cakaran itu menyimpan sayang. Tak ada pukulan yang begitu berarti diantara kita, aku yakin itu. Kami juga saling berdebat, tak jarang mungkin terbesit sakit di hati, tapi seiring berjalannya masa kita belajar saling mengerti betapa indah beda warna kita ini. Tidak spesial, tidak mentereng, warna standar, bahkan cenderung soft, tapi ketika beda warna-warna itu di satukan, itu nampak seperti aurora, megah, anggun, dan menawan.
Diklat , ya itulah kita, sudah 6 kali diklat. Konyol dengan kepolosan yang menggila, tapi tak pernah cukup bodoh untuk bertindak gegabah. Aku tak yakin diantara kita ada yang punya keirian yang begitu besar untuk menghancurkan keluarganya sendiri, yang aku tau tak ada kebencian diantara kita. Yang ada kesalah pahaman kecil yang tak diluruskan, karena kita begitu takut untuk saling menyakiti satu dengan yang lainnya. Saudaraku, katakanlah walau itu pahit. Bagaimanapun kita seperti jaring laba-laba yang akan saling terhubung, dan menjadi satu. Lihat, bukankah begitu manis kami saling memahami dengan kasih?
Poqiah, atau yang malas menyapaku untuk kata yang tak panjang itu memanggilku dengan nama kakekq. poqiah nama orang beruntung yang menemukan orang-orang ini. Tak tau apa yang harus ku gambarkan betapa hebatnya mereka dalam kesederhanaan mereka. Mengenang masa-masa kami bersama, tak ada kata lain selain keanehan luar biasa yang takan terlupakan. 
Kini, setelah selaksa masa yang kita lewati, ada begitu banyak lembaran-lembaran cerita yang telah kita lukis dengan warna yang kita punya. Begitu indah dengan warna-warna yang biasa saja. Bukan hal yang mudah untuk menghapus semua rangkaian kisah yang telah kita susun bersama. Tidak mudah menghapus kenangan ketika kita berbagi butir-butir setengah nasi, gelondong-gelondong umbi yang matangnya tak sempurna. Mie instan yang mekar dengan rasa permen nano-nano. binatang kecil yg seperti mie kita makan bersama., Takkan pernah gampang menghapus tumpukan kenangan, ketika kita berbagi bivak umum yang kita buat dengan usaha keras, kemudian dihancurkan dan kita bangun lagi, ketika saling menopang melewati belantara dengan semangat, ketika kita jatuh dan saling membantu, ketika ada yg ingin pulang kmudian kita menahannya dan tangisan pun tak terelakkan, ketika kita basah dalam tangis, keringat dan air hujan. Terasa sakit tapi begitu manis bukan? Itulah kita selalu survive dalam apapun, selalu ada tawa yang menyejekuan jika bersama kalian. Ada begitu banyak ingatan yang begitu pekat dan lekat diantara kita. Dari semua kenangan ini hanya satu yang selalu ingin aku katakan kepada kalian. “senang telah menjadi bagian dari kalian yang begitu hebat, tulus dan apa adanya”
Suka ·  ·  · 21 Januari pukul 8:56 di sekitar Kota Padang

Tidak ada komentar: