Sebanyak 30 ribu warga Kabupaten Kepulauan Mentawai bakal
dilibatkan dalam latihan untuk menguji sistem penanganan darurat
bencana internasional pada 17-23 Maret 2014. Kegiatan bertajuk Mentawai
Megathrust Direx (MMD) 2014 yang dihadiri Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono itu, Pemkab Mentawai menyiapkan tiga lokasi untuk keperluan
latihan, yaitu pulau Sipora Selatan, Siberut dan Tuapejat.
Kepala BPBD Mentawai, Elisa Siparang mengatakan, selain menyiapkan
masyarakat, pemkab juga berkoordinasi dengan pihak terkait lainnya
mempersiapkan sarana dan prasarana lainnya yang mendukung
kesuksesan pelaksanaan MMD. “Kita sebagai salah satu tuan rumah
dalam pelaksanaan MMD telah menyiapkan infrastruktur, kita minta
bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk
melengkapi sarananya,” ujarnya.
Ia mengatakan, sarana yang dimaksud adalah jalur evakuasi, alat
komunikasi dan shelter. Jika hanya mengandalkan bantuan dari APBD Pemkab
Mentawai untuk melengkapi sarana itu, menurutnya suatu hal yang
mustahil. “Kita juga butuh dukungan sarana pendukung dari BNPB untuk
menyukseskan pelaksanaan kegiatan tersebut,” ujarnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Yazid
Fadhli mengatakan, kegiatan itu akan diikuti ribuan masyarakat.
Masyarakat yang berada di pinggir pantai akan diikutsertakan dalam
kegiatan pelatihan tersebut. Posko utama pengendali seluruh kegiatan
berada di Indarung. Sedangkan, untuk sub pengendali berada di UPT
BPBD di kawasan Cengkeh.
Katanya, presiden akan hadir dalam kegiatan tersebut, yaitu
mengunjungi lokasi pelatihan. “Kemungkinan besar, presiden akan berada
di lokasi latihan. Apakah nanti presiden juga akan ikut ke Mentawai atau
hanya di Padang saja, itu tergantung paspamres,” ucapnya.
Yazid mengatakan, kedatangan presiden ke Padang bukan sebagai
peninjau tapi juga ikut dalam kegiatan latihan dengan peserta 18 negara
yang terlibat dalam kegiatan MMD 2014 tersebut. “Kami masih menunggu
perkembangan lebih lanjut dengan jadwal rencana kedatangan presiden ke
sini,” ucapnya.
Deputi Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB RI, Wisnu Wijaya
mengatakan, kegiatan ini untuk sarana dan prasarana dalam sistem
penanggulangan bencana yang telah ada. Pelatihan ini diperlukan untuk
menguji sistem penangganan darurat dari tingkat daerah, provinsi,
pusat dan internasional. Sebab, ini tidak hanya penanganan darurat
bagi daerah utama sumber bencana, namun juga kawasan regional.
Indonesia adalah negara yang rawan bencana geologis termasuk gempa
bumi dan tsunami karena merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik utama
di dunia yaitu lempeng eurasia, indo australia dan lempeng pasifik.
Indonesia menyadari bahwa gemp abumi dan tsunami merupakan salah satu
potensi bahaya yang harus ditangani oleh orang-orang yang tinggal di
daerah yang memiliki resiko tinggi, oleh karena itu Pemerintah
Indonesia mengembangkan master plan pengurangan resiko bencana
tsunami untuk meningkatkan perlindungan bagi masyarakat yang tingal di
daerah rawan gempa bumi dan tsunami. Dengan masyarakat dan pemerintah
yang lebih siap, jumlah korban dan kerugian akibat bencana, diharapkan
dapat diteken sekecil mungkin.
“Kejadian bencana gempa dan tsunami di Aceh memberikan kita
pelajaran berharga. Pada saat itulah muncul desakan agar pemerintah
segera menyiapkan sistem penanggulangan bencana. Menyikapi hal itu
keluarkah UU No 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,”
ujarnya.
Dimana dalam UU tersebut, ditegaskan agar harus ada penanggungjawab
kegiatan penanggulangan bencana. Penanggungjawab penanggulangan
bencana adalah pemerintah dan pemerintah daerah. Untuk tingkat pusat
adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Sedangkan di
tingkat daerah dibentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Pelatihan peningkatan kapasitas dan kesiapan penanggulangan
bencana ini diberi tema meningkatkan kerjasama dan kemitraan dalam
tanggap darurat bencana untuk mewujudkan kawasan yang tangguh.
“BNPB sendiri telah melakukan beberapa tahapan persiapan untuk
pelaksanaan CPX, FTX, ME dan HCA yang dimulai sejak Juli 2013 dan
internasional concept development conference dan initial planning
conference (IPC) pada Agustus 2013 di Padang yang melibatkan negara-
negara anggota KTT Asia Timur non Asean serta organisasi internasional
yang terkait,” ujarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar